Judul : Air Mata Tjitanduy
Penulis : Bambang Setiaji
Penerbit : Republika
Deskripsi Buku : 273 hlm. ; 21 cm
Novel ini merupakan karangan Bambang Setiaji yang merupakan seorang jurnalis yang telah malang melintang di dunia pers dan novel ini menjadi novel unggulan dalam lomba novel yang di adakan oleh Republika pada tahun 2012
Novel ini mengambil latar cerita pada akhir abad 19, di masa-masa penjajahan setelah perang Diponegoro, yangn diperlakukannya tanam paksa beberapa jenis komoditi tertentu seperti kopi, tebu, tembakau dan sebagainya kepada petani-petani yang ada di Jawa saat itu, yang mengakibatkan banyak para petani tidak bisa menanam padi sehingga tidak adanya beras dan akhirnya kelaparan merebak pada saat itu.
Novel ini bercerita tentang keluarga Madkusen, seorang petani yang ingin membuka lahan baru untuk persawahan, karena dia tidak terima tanahnya harus ditanami tanaman wajib oleh penguasa kolonial saat itu, dengan membawa seluruh keluarganya , Madkusen berkeliling mencari lahan dan akhirnya mereka membuka tanah, atau bahasa lainnya trukahan yang menjadi tanah sengketa dengan para pemimpin lokal dan warga-warga sekitar.
Kehidupan para petani saat itu, masih sama seperti pada saat sekarang ini. Petani tersingkir oleh para penguasa dan pengusaha besar, petani yang bersengketa dengan para warga, petani yang ditekan dan mati akibat perebutan lahan lahan digambarkan dengan apik pada novel ini, kita lebih cepat memahami dan mengerti cerita yang ada di novel ini. Meskipun banyak istilah-istilah yang banyak orang lain dengan latar belakang suku yang berbeda tidak mengerti maknanya, seharusnya diberikan penjelasan berupa catatan kaki di bagian bawah halaman untuk menjelaskan istilah-istilah tersebut.
Novel ini memiliki cerita yang menarik, membawa kita memahami perspektif seorang petani dengan kesusahannya, berjuang mengatasi kesulitan hidup dengan segala cara agar keluarganya tetap bisa bertahan hidup dengan lebih baik. Akan tetapi, kekurangan novel ini terletak pada akhir cerita yang terlalu simpel dan kurang menjelaskan proses berjalannya cerita sehingga pada akhir novel ini terasa mengganjal dan membuat pembaca tidak puas. Akan tetapi novel ini tetap layak untuk dibaca dan diresapi untuk membawa kita kembali ke masa lalu untuk memahami kehidupan para petani jaman kolonial yang sedang berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Rating : 3,5/5
No comments:
Post a Comment